Rabu, 18 November 2009

IPTEK , nilai dan kemiskinan

Pengertian Ilmu Pengetahuan :
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau berguna.

Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.

Bisa juga dikatakan suatu proses pemikiran dan analisis yang
rasional, sistimatik, logik dan konsisten. Hasilnya dari ilmu
pengetahuan dapat dibuktikan dengan percobaan yang transparan
dan objektif. Ilmu pengetahuan mempunyai spektrum analisis amat
luas, mencakup persoalan yang sifatnya supermakro, makro dan
mikro. Hal ini jelas terlihat, misalnya pada ilmu-ilmu: fisika, kimia,
kedokteran, pertanian, rekayasa, bioteknologi, dan sebagainya...

4 hal sikap yang ilmiah :

- tidak ada perasaan yang bersifat pamrih
- selektif
- kepercayaan yang layak terhadap kenyataan yang tak dapat diubah.
- merasa pasti bahwa setiap pendapat,teori maupun aksioma terdahulu
telah mencapai kepastian

Pengertian Tekhnologi :
Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi, yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.

Definisi mengenai sains menurut Sardar (1987, 161) adalah sarana pemecahan masalah mendasar dari setiap peradaban. Tanpa sains, lanjut Sardar (1987, 161) suatu peradaban tidak dapat mempertahankan struktur-struktur politik dan sosialnya atau memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar rakyat dan budayanya. Sebagai perwujudan eksternal suatu epistemologi, sains membentuk lingkungan fisik, intelektual dan budaya serta memajukan cara produksi ekonomis yang dipilih oleh suatu peradaban. Pendeknya, sains, jelas Sardar (1987, 161) adalah sarana yang pada akhirnya mencetak suatu peradaban, dia merupakan ungkapan fisik dari pandangan dunianya. Sedangkan rekayasa, menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) menyangkut hal pengetahuan objektif (tentang ruang, materi, energi) yang diterapkan di bidang perancangan (termasuk mengenai peralatan teknisnya). Dengan kata lain, teknologi mencakup teknik dan peralatan untuk menyelenggarakan rancangan yang didasarkan atas hasil sains.

ciri-ciri fenomena teknik pada masyarakat. :
-Rasionalistas, artinya tindakan spontan oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan perhitungan rasional
-artifisialitas,artinya selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
-otomatisme, artinya dalam hal metode,organisasi dan rumusan dilaksanakan secara otomatis.
-teknik berkembang pada suatu kebudayaan
-monisme, artinya semua teknik bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
-universalisme , artinya teknik melampaui batas-batas kebudayaan dan ideologi, bahkan dapat menguasai kebudayaan
-otonomi artinya teknik berkembang menurut prinsip" sendiri

Pengertian ilmu pengetahuan, teknologi dan nilai.
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikait-kaitkan dengan nilai atua moral, hal ini berkaitan dengan kebijaksanaan seseorang dalam menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut. Nilai sendiri merupakan kumpulan sikap perasaan ataupun anggapan terhadap suatu hal mengenai baik buruk, benar salah,patut tidak patut, mulia hina,maupun penting ataupun tidak penting.

Dalam kenyataannya orang dapat saja mengembangkan perasaannya sendiri yang mungkin saja nerbeda dengan perasaan orang lain atau sebagian besar warga masyarakat, kenyataan ini melahirkan adanya nilai individual, yakni nilai-nilai yang dianut oleh individu sebagai orang-perorang yang mingkin saja selaras dengan nilai-nilai yang dianut oleh orang lain, tetapi dapat pula berbeda atau bahkan bertentangan.

Ada 2 pemikiran, yang satu menyatakan ilmu bebas dari nilai dan yang lainya menyatakan ilmu tidak bebas dari nilai. Ilmu pengatahuan pada dasarnya terdiri dari 3 komponen penyangga yaitu :

1. Ontologism atau biasa disebut ruang lingkup yang menjadi objek penelaahan. Kegiatannya adalah menafsirkan hikayat realitas yang ada, ilmu harus bebas dari nilai-nilai yang sifatnya dogmatic. Contoh Galileo menolak dogma agama tentang matahari berputar mengelilingi bumi karena pada dasarnya berdasarkan fakta yang ditemukan coperniccus ternyata bumilah yang mengelilingi matahari.
2. Komponen aksiologis yaitu azas menggunakan ilmu pengetahuan hal ini berkaitan dengan moral atau nilai pada saat proses pencarian kebaenaran dengan jujur tanpa mendahulukan kepentingan kekuatan argumentasi pribadi.
3. Komponen ontilogis, komponen ini artinya lebih lekat dengan nilai dan moral karena berhubungan dengan bagaimana ilmu harus dimanfaatkan demi kemaslahattan manusia atau digunakan untuk meningkatkan taraf hidup manusia dengan mengutamakan martabat manusia dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Hal-hal tersebut memperlihatkan bawha ilmu tidak bebas dari nilai.

Sedangkan kaitan ilmu dan teknologi yaitu apapun arah dan kepada siapa diterapkan teknologi bergantung dari siapa yang memilikinya atau siapa penguasa teknologi tersebut dan nilai moral yang dimilikinya.
- KEMISKINAN

Beberapa Definisi Kemiskinan

- Ketidak mampuan untuk memperoleh standar hidup yang minimal…
- Suatu keadaan melarat dan ketidakberuntungan, suatu keadaan minus..
- Minimnya pendapatan dan harta, kelemahan fisik, isolasi, kerapuhan, dan ketidakberdayaan

- Kemiskinan bukan hanya merupakan keadaan menderita tetapi juga adalah suatu keadaan lemah. Untuk kaum wanita , kelemahan mungkin merupakan dimensi pengalaman yang lebih terasa. Sebagai satu aspek dari kemiskinan , kelemahan terurai menjadi tiga indikator penting; ketidak-pastian fisik, selalu menghadapi krisis, dan kemampuan kenangani masalah.

Ciri orang yang hidup dibawah garis miskin :
- tidak memiliki faktor" produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan
- tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha
- tingkat pendidikan mereka rendah , tidak sampai tamat SD
- kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas
- banyak yang hidup di kota berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan

fungsi kemiskinan :
Diantara kesalahan-kesalahan berfikir atau intellectual culdesac ada yang dinamakan fallacy of retrospective determinism (Jalaluddin Rakhmat,Rekayasa Sosial). Istilah ini menjelaskan kebiasaan org yang selalu menganggap berbagai persoalan sosial yg ada dari sudut historis, bahwa persoalan yang ada saat ini karena memang dari sejak zaman baheula memang ada. Determinisme selalu saja ditentukan berdasarkan masa silam daripada masa yg akan datang. Diantara contoh yg bisa diangkat adalah pelacuran, kan dari dulu pelacuran itu memang ada, kalau masih ada wanita dan laki-laki pelacuran akan tetap ada, jadi kita tdk perlu membasminya, yg perlu dilakukan adalah melokalisasikannya. Struktur berfikir ini sama dengan orang yang menganggap bahwa kemiskinan itu juga sudah ada dari zaman dahulu dan sudah tentu tidak akan bisa diberantas.

Kesalahan berfikir ini juga sehala dengan aliran structural fungsionalism, bahwa di atas dunia ini sudah ada struktur dan fungsinya masing-masing yang sudah menjadi statika sosial. Pada aliran ini kemiskinan dianggap struktural dan memiliki fungsi, peran dan berguna. Jadi kemiskinan punya struktur yg sangat penting ditengah-ditengah masyarakat. Mereka berpendapat antara lain, kalau tidak ada org miskin maka tidak akan ada org yang melakukan pekerjaan kotor dan berbahaya, intinya kalau tdk ada org miskin maka tidak akan terjadi keseimbangan. Kesalahan berfikir ini yg mengakibatkan seseorang akan menjadi status quo dan jauh dari semangat perubahan bahkan akan terjebak memposisikan perubahan menjadi penyimpangan dari sesuatu yang sudah seimbang. Sama seperti contoh pelacuran diatas tadi. Nanti kita pun bisa ambil contoh yg sama terhadap kejahatan,kalau tidak ada kejahatan tidak perlulah ada polisi, nanti kalau tidak diperlukan polisi dari mana biaya hidup orang yg sdh menjadi polisi? atau pun yg lebih ekstrim lagi ttg kebodohan, nanti kalau tidak ada org bodoh maka tidak perlulah ada sekolah, dan lainnya dan lainnya..sehingga menghilangkan kemiskinan hanya menjadi mitos.

Padahal semestinya doktrinasi yang harus ada difikiran kita, bahwa tidak ada yang tidak bisa berubah, perubahanlah yang nyata2 hukum alam, termasuk struktur dan fungsi kemiskinan. Kesalahan berfikir tentang kemiskinan ini hanya menjadikan kita menjadi status quo dan kehilangan semangat utk melakukan perubahan melawan kemiskinan. Kesalahan berfikir seperti ini jugalah yang akhirnya mengantarkan kita pada sikap permisif terhadap permasalahan dan peyimpangan sosial yang terjadi saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar